Pengertian & Metode Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian - Pendekatan penelitian adalah suatu cara pandang peneliti dalam memandang suatu fenomena dan dirumuskan dalam suatu penelitian. Penelitian kualitatif sangat mirip dengan proses investigasi yang dilakukan detektif. Meskipun teknik khusus dan pertanyaan buku hamper selalu digunakan, kunci untuk memperoleh jawaban yang benar adalah mengembbangkan proses yang cocok untuk masalah yang diteliti. Artikel ini akan menjelaskan tentang pendekatan kualitatif dan alas an penggunaan metode tersebut.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah membaca artikel ini diharapkan akan memahami dan mampu untuk:
1.1.APAKAH PENDEKATAN KUALITATIF ITU?
Penelitian kualitatif adalah salah satu mbentuk penelitian formatif yang menggunakan teknik tertentu untuk mendapatkan jawaban mendalam tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak sasaran. Penelitian ini memungkinkan pengelola program memperoleh pemahamman mendalam tentang sikap, kepercayaan, motif dan perilaku khalayak sasaran. Kalau digunakan secara tepat, teknik kualitatif dan teknik kuantitatif bisa saling melengkapi. Sebagai contoh, pendekatan kualitatif memungkinkan pemahaman mendalam tentang tanggapan konsumen, sedangkan pendekatan kuantitatif memungkinkan pengukuran atas tanggapan tersebut. Pada hakekatnya, peneliti menggali aspek kontekstual dan emosional tanggapan manusia bukan melihat perilaku dan sikap yang secara obyektif dapat diukur. Penelitian kualitatif menambah “rasa”, “tekstur” dan nuansa pada temuan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan penelitian kuantitatif untk menjawab pertanyaan “berapa banyak” dan “berapa kali”. Proses penelitian kualitatif merupakan upaya “menemukan”, sedangkan penelitian kuantitatif “mencari bukti”.
Lagi pula, sifat kualitatif penelitian ini bukan hanya pada teknik penggalian jawaban, tetapi juga pada analisanya. Penelitian kualitatif lebih bersifat interpretatif daripada deskriptif. Penelitian kualitatif dilakukan pada sejumlah kecil responden yang sampelnya tidak dipilih berdasarkan prinsip probabilitas. Tidak ada upaya untuk menarik kesimpulan secara pasti atau menggeneralisasikan hasil yang diperoleh pada populasi yang besar.
Dua teknik penelitian kualitatif utama adalah: 1) Wawancara Perorangan Secara Nendalam (in-depth interview), 2) Diskusi Kelompok Terarah (focus group discussion).
1.2.DI MANA PENELITIAN KUALITATIF BERAKAR?
Secara historis, penelitian kualitatif berkembang dari beberapa disiplin: kritik sastra, ilmu-ilmu sosial, dan teori psikoanalisa. Sifat penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan kritik sastra dan ilmu-ilmu sosial. Interpretasi dan sintesa gagsan serta konsep merupakan bagian kritik sastra, dan bentuk analisa kualitatif yang membutuhkan pemahaman dan pengertian merupakan tradisi sosiologi. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif tumbuh dari teori psikoanalisa. Teknik-teknik itu kemudian juga diterapkan dalam bidang pemasaran yang dikenal sebagai penelitian motivasional, riset yang menggunakan wawancara secara sangat intensif, mendalam dan peroranganyang dilengkapi uji proyektif dan uji psikologi lain. Teknik-teknik demikian diarahkan untuk memahami motivasi dan alas an yang ada dibalik jawaban lisan yang diberikan, sehingga menuntut keahlian professional yang tinggi dalam implementasi dan evaluasinya.
Penelitian motivasional seperti yang digunakan dalam tahun 1930-an kini tidak lagi dipakai. Namun demikian, bagaimanapun penelitian kualitatif tetap memainkan peranan penting dalam bidang pemasaran, dan teknik kualitatif yang digunakan terus mengalami perkembangan dan pembaruan. Lepas dari evolusi ini, sangat penting mengetahui akar penelitian kualitatif untuk memahami pemikiran yang menjadi dasar. Jika seorang peneliti tidak menerapkan berbagai aspek didiplin ilmu tersebut, dia tidak melaksanakan penelitian kualitatif yang sesungguhnya.
1.3.MENGAPA MENGGUNAKAN PENELITIAN KUALITATIF?
Penelitian kualitatif digunakan karena alas an konseptual dan praktis. Alasan konseptual pokok untuk menggunakan penelitian kualitatif adalah karena bisa didapat jawaban mendalam, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih dalam disbanding melalui teknik kuantitatif. Tambahan lagi, teknik kualitatif, khususnya wawancara perorangan, memungkinkan peneliti melihat hubungan antara kelompok perilaku dan keputusan serta tindakan konsumen tertentu. Misalnya pengelola program ingin memahami lebih rinci rangkaian keputusan yang mengarah pada percobaan oralit. Melalui penelitian kualitatif, pengelola program dapat melihat berbagai keputusan di tingkat individu, sehingga di peroleh gambaran lengkap proses adopsi. Sedangkan studi kuantitatif member data tentang tiap langkah yang dilalui dalam proses tersebut misalnya, jumlah tempat distribusi yang dikunjungi, tingkat kesadaran produk, dan lain-lain.
Alasan konseptual lain untuk menggunakan penelitian kualitatif berkaitan dengan sifat penelitian kualitatif itu sendiri, dan bagaimana hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam penelitian. Bisa diperdebatkan, bahwa proses penelitian dan secara lebih luas proses penelitian formatif mengandung unsur subjektif atau intuitif. Langkah awal dalam proses penelitian formatif yaitu, merumuskan masalah dan menentukan kebutuhan informasi, menyusun hipotesa dan menentukan variabel – pada dasarnya intuitif dank arena itu kualitatif sifatnya.
Disamping itu ada beberapa alasan pragmatis untuk menggunakan metoda penelitian kualitatif:
1.4.BERBAGAI MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Salah satu masalah utama adalah bahwa penelitian kualitatif sering digunakan secara tidak tepat. Dengan kata lain penelitian ini kadang kala digunakan untuk sesuatu yang lebih tepat bagi penelitian kuantitatif. Atau, penelitian kualitatif dianalisa seperti penelitian kuantitatif dengan menarik kesimpulan secara cepat dan ketat, bukannya mengembangkan hipotesa dan memperdalam pemahaman.
Masalah lain dalam penelitian kualitatif adalah subjektifitas. Karena hasilnya sangat tergantung pada pemahaman dan penafsiran, penelitian kualitatif sangat rawan terhadap bias subjektifitas peneliti atau pengamat. Tidak adanya proses analisa yang baku menimbulkan kesulitan untuk menentukan apakah analisa data memang betul. Dan, sifat penelitian itu sendiri membuat kita sulit untuk menentukan apakah pelaksanaannya dilakukan secara benar. Sehingga banyak peneliti kualitatif dewasa ini yang pengalaman dan pemahamannya sangat dangkal. Kecuali itu, karena penelitian kualitatif ssangat luwes dan tidak memerlukan kuesioner yang sangat berstruktur, mungkin sekali peneliti atau pengelola program bertindak semaunya dan tidak sepenuh hati memikirkan pokok masalah penelitian.
Banyak sekali kontroversi tentang penelitian kualitatif karena berbagai kelemahannya. Diskusi tentang bagaimana menjaga mutu penelitian kualitatif telah banyak dilakukan, namun para pengguna dan praktisi masih banyan yang belum sepakat tentang berbagai unsur untk menentukan penelitian kualitatif yang baik.
1.5.BAGAIMANA PENELITIAN KUALITATIF DIGUNAKAN?
Umumnya penelitian kualitatif digunakan dalam empat cara: (1) sebagai alat untuk menggali gagasan; (2) sebagai suatu langkah dalam mengembangkan studi kuantitatif; (3) sebagai alat bantu dalam menilai studi kuantitatif; (4) kadangkala, sebagai metoda pengumpulan data utama untuk masalah pokok penelitian.
1. Sebagai alat untuk menggali gagasan
2. Sebagai langkah awal pengembangan penelitian kuantitatif.
3. Sebagai cara untuk memahami hasil penelitian kuantitatif.
4. Sebagai metoda pengumpulan data utama.
1.6.TIGA KUNCI KEBERHASILAN PENELITIAN KUALITATIF
Ada tiga kunci keberhasilan dalam melakukan penelitian kualitatif. Pertama, peneliti harus bisa mengembangkan seni bertanya “mengapa?”. Kedua, peneliti harus bisa mengembangkan seni mendengar. Ketiga, peneliti harus menganggap pendekatan yang dipakai sebagai proses kreatif penelitian.
Seni bertanya “Mengapa?”
Para prnrliti kualitatif telah mengembangkan seni bertanya “mengapa” selama bertahun-tahun. Pada tahun 1934, Paul Lazarsfeld, menulis artikel yang mengatakan bahwa kalau hanya mendengarkan jawaban pertanyaan terbuka dapat mengakibatkan tumpang tindih dan membingungkan, ciri produk dan motivasi indivisu. Ia menekankan beberapa hal:
Untuk mendramatisir ketiga hal si atas, Lazarsfeld mengutip cerita detektif G.K. Chesterton:
Apakah anda pernah sadar: bahwa orang tidak pernah menjawab apa yang Anda tanyakan? Mereka menjawab sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Misalnya, seorang wanita berbincang dengan wanita lain di sebuah rumah desa. “Apakah ada yang tinggal bersama Anda?”, wanita itu tidak akan menjawab “Ada, seorang juru masak, tiga pelayan dan pembersih kamar”. Walau sang juru masak ada di ruangan itu atau di belakang kursinya, dia akan menjawab “tak ada seorangpun tinggal bersama kita”, yang berarti idak seorangpun menurut yang Anda maksud. Tapi jika seorang dokter yang sedang memeriksa suatu wabah bertanya, “siapa yang tinggal bersama Anda?” wanita itu pasti akan ingat juru masak, pembersih kamar dan lain-lainnya. Semua bahasa dipakai seperti itu. Anda tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang harfiah, walaupun jawaban yang diberikan benar.
Dalam bertanya “mengapa?” para peneliti kualitatif yang berpengalaman akan bersikap hati-hati: (1) Bertanya dengan sikap netral, (2) tidak mengarahkan responden, (3) hanya mengajukan satu pertanyaan pada suatu waktu, (4) mencatat pertanda kebingungan responden yang tampak maupun yang tersirat. Karena itu dalam menetapkan seni bertanya “mengapa?” sama seperti detektif yang menyelidiki pelaku kejahatan. Pertanyaan terakhir yang diajukan adalah mengapa tersangka membunuh korban. Detektif yang baik, seperti juga peneliti yang baik akan mengajukan pertanyaan secara tidak langsung, teknik projektif, pengamatan, bahasa tubuh, simbolisme dan eksperimentasi.
Seni mendengar
Untuk mengembangkan seni mendengar dibutuhkan waktu dan latihan yang terus menerus. Para peneliti kualitatif harus menyadari bahwa mendengar secara baik tidak mudah dan tanpa disadari sering membuat kesalahan. Mendengar secara kreatif membutuhkan kepekaan intuisi dan refleksi yang tinggi serta akurasi. Beberapa hal yang perlu diingat adalah:
Penelitian sebagai Proses Kreatif Investigasi
Penelitian kualitatif sangat mirip dengan proses investigasi yang dilakukan detektif. Meskipun teknik khusus dan pertanyaan buku hamper selalu digunakan, kunci untuk memperoleh jawaban yang benar adalah mengembbangkan proses yang cocok untuk masalah yang diteliti. Tidak ada dua kasus criminal yang persis sama, begitu pula dua penelitian kualitatif tidak ada yang persis sama. Kemampuan berpikir kreatif yang tinggi diperlukan untuk setiap situasi baru, agar penelitian kualitatif benar-benar berhasil baik.
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
PENELITIAN KUALITATIF MEMPERJELAS TEMUAN KUANTITATIF
Sebuah Contoh Penelitian Kualitatif:
Sebuah perusahaan kamera 35mm. melaksanakan kampanye iklan nasional yang dirancang untuk menampilkan kesederhanaan produk perusahaan tersebut. Evaluasi kuantitatif terhadap kampanye itu menunjukkan bahwa kesadaran terhadap produk dan kampanye yang dilaksanakan cukup tinggi, tapi mereka tidak menggunakan kamera 35 mm. masih tetap memiliki persepsi bahwa produk itu terlalu rumit digunakan. Untuk mengetahui lebih jelas mengapa persepsi itu terjadi, perusahaan melakukan beberapa Diskusi Kelompok Terarah pada mereka yang telah terpapar iklan dan mengingatnya, tetapi tidak yakin kamera itu cukup mudah digunakan. Diskusi Kelompok Terarah memungkinkan pihak perusahaan mendengar secara rinci alasan konsumen mempunyai perasaan demikian terhadap produk.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah membaca artikel ini diharapkan akan memahami dan mampu untuk:
- Mengetahui dan memahami pengertian penelitian kualitatif
- Mengetahui dan mampu menjelaskan mengapa menggunakan pendekatan kualitatif
- Mengetahui dan mampu menjelaskan berbagai permasalahan pendekatan kualitatif
1.1.APAKAH PENDEKATAN KUALITATIF ITU?
Penelitian kualitatif adalah salah satu mbentuk penelitian formatif yang menggunakan teknik tertentu untuk mendapatkan jawaban mendalam tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak sasaran. Penelitian ini memungkinkan pengelola program memperoleh pemahamman mendalam tentang sikap, kepercayaan, motif dan perilaku khalayak sasaran. Kalau digunakan secara tepat, teknik kualitatif dan teknik kuantitatif bisa saling melengkapi. Sebagai contoh, pendekatan kualitatif memungkinkan pemahaman mendalam tentang tanggapan konsumen, sedangkan pendekatan kuantitatif memungkinkan pengukuran atas tanggapan tersebut. Pada hakekatnya, peneliti menggali aspek kontekstual dan emosional tanggapan manusia bukan melihat perilaku dan sikap yang secara obyektif dapat diukur. Penelitian kualitatif menambah “rasa”, “tekstur” dan nuansa pada temuan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan penelitian kuantitatif untk menjawab pertanyaan “berapa banyak” dan “berapa kali”. Proses penelitian kualitatif merupakan upaya “menemukan”, sedangkan penelitian kuantitatif “mencari bukti”.
Lagi pula, sifat kualitatif penelitian ini bukan hanya pada teknik penggalian jawaban, tetapi juga pada analisanya. Penelitian kualitatif lebih bersifat interpretatif daripada deskriptif. Penelitian kualitatif dilakukan pada sejumlah kecil responden yang sampelnya tidak dipilih berdasarkan prinsip probabilitas. Tidak ada upaya untuk menarik kesimpulan secara pasti atau menggeneralisasikan hasil yang diperoleh pada populasi yang besar.
Dua teknik penelitian kualitatif utama adalah: 1) Wawancara Perorangan Secara Nendalam (in-depth interview), 2) Diskusi Kelompok Terarah (focus group discussion).
1.2.DI MANA PENELITIAN KUALITATIF BERAKAR?
Secara historis, penelitian kualitatif berkembang dari beberapa disiplin: kritik sastra, ilmu-ilmu sosial, dan teori psikoanalisa. Sifat penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan kritik sastra dan ilmu-ilmu sosial. Interpretasi dan sintesa gagsan serta konsep merupakan bagian kritik sastra, dan bentuk analisa kualitatif yang membutuhkan pemahaman dan pengertian merupakan tradisi sosiologi. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif tumbuh dari teori psikoanalisa. Teknik-teknik itu kemudian juga diterapkan dalam bidang pemasaran yang dikenal sebagai penelitian motivasional, riset yang menggunakan wawancara secara sangat intensif, mendalam dan peroranganyang dilengkapi uji proyektif dan uji psikologi lain. Teknik-teknik demikian diarahkan untuk memahami motivasi dan alas an yang ada dibalik jawaban lisan yang diberikan, sehingga menuntut keahlian professional yang tinggi dalam implementasi dan evaluasinya.
Penelitian motivasional seperti yang digunakan dalam tahun 1930-an kini tidak lagi dipakai. Namun demikian, bagaimanapun penelitian kualitatif tetap memainkan peranan penting dalam bidang pemasaran, dan teknik kualitatif yang digunakan terus mengalami perkembangan dan pembaruan. Lepas dari evolusi ini, sangat penting mengetahui akar penelitian kualitatif untuk memahami pemikiran yang menjadi dasar. Jika seorang peneliti tidak menerapkan berbagai aspek didiplin ilmu tersebut, dia tidak melaksanakan penelitian kualitatif yang sesungguhnya.
1.3.MENGAPA MENGGUNAKAN PENELITIAN KUALITATIF?
Penelitian kualitatif digunakan karena alas an konseptual dan praktis. Alasan konseptual pokok untuk menggunakan penelitian kualitatif adalah karena bisa didapat jawaban mendalam, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih dalam disbanding melalui teknik kuantitatif. Tambahan lagi, teknik kualitatif, khususnya wawancara perorangan, memungkinkan peneliti melihat hubungan antara kelompok perilaku dan keputusan serta tindakan konsumen tertentu. Misalnya pengelola program ingin memahami lebih rinci rangkaian keputusan yang mengarah pada percobaan oralit. Melalui penelitian kualitatif, pengelola program dapat melihat berbagai keputusan di tingkat individu, sehingga di peroleh gambaran lengkap proses adopsi. Sedangkan studi kuantitatif member data tentang tiap langkah yang dilalui dalam proses tersebut misalnya, jumlah tempat distribusi yang dikunjungi, tingkat kesadaran produk, dan lain-lain.
Alasan konseptual lain untuk menggunakan penelitian kualitatif berkaitan dengan sifat penelitian kualitatif itu sendiri, dan bagaimana hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam penelitian. Bisa diperdebatkan, bahwa proses penelitian dan secara lebih luas proses penelitian formatif mengandung unsur subjektif atau intuitif. Langkah awal dalam proses penelitian formatif yaitu, merumuskan masalah dan menentukan kebutuhan informasi, menyusun hipotesa dan menentukan variabel – pada dasarnya intuitif dank arena itu kualitatif sifatnya.
Disamping itu ada beberapa alasan pragmatis untuk menggunakan metoda penelitian kualitatif:
- Biaya. Umumnya penelitian kualitatif lebih hemat daripada penelitian kuantitatif.
- Waktu. Beberapa teknik kualitatif, khususnya Diskusi Kelompok Terarah, dapat dilaksanakan dan dianalisa secepatnya tanpa kemampuan pengolahan data.
- Luwes. Rancangan studi ini dapat dimodifikasi, meskipun sedang dilaksanakan.
- Berhubungan langsung dengan khalayak sasaran. Teknik kualitatif member kesempatan pada pengelola program untuk mengamati dan berhubungan langsung dengan khalayak sasaran.
- Tidak memerlukan fasilitas teknis. Penelitian kualitatif dapat diadakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas computer atau fasilitas teknis lain.
1.4.BERBAGAI MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Salah satu masalah utama adalah bahwa penelitian kualitatif sering digunakan secara tidak tepat. Dengan kata lain penelitian ini kadang kala digunakan untuk sesuatu yang lebih tepat bagi penelitian kuantitatif. Atau, penelitian kualitatif dianalisa seperti penelitian kuantitatif dengan menarik kesimpulan secara cepat dan ketat, bukannya mengembangkan hipotesa dan memperdalam pemahaman.
Masalah lain dalam penelitian kualitatif adalah subjektifitas. Karena hasilnya sangat tergantung pada pemahaman dan penafsiran, penelitian kualitatif sangat rawan terhadap bias subjektifitas peneliti atau pengamat. Tidak adanya proses analisa yang baku menimbulkan kesulitan untuk menentukan apakah analisa data memang betul. Dan, sifat penelitian itu sendiri membuat kita sulit untuk menentukan apakah pelaksanaannya dilakukan secara benar. Sehingga banyak peneliti kualitatif dewasa ini yang pengalaman dan pemahamannya sangat dangkal. Kecuali itu, karena penelitian kualitatif ssangat luwes dan tidak memerlukan kuesioner yang sangat berstruktur, mungkin sekali peneliti atau pengelola program bertindak semaunya dan tidak sepenuh hati memikirkan pokok masalah penelitian.
Banyak sekali kontroversi tentang penelitian kualitatif karena berbagai kelemahannya. Diskusi tentang bagaimana menjaga mutu penelitian kualitatif telah banyak dilakukan, namun para pengguna dan praktisi masih banyan yang belum sepakat tentang berbagai unsur untk menentukan penelitian kualitatif yang baik.
1.5.BAGAIMANA PENELITIAN KUALITATIF DIGUNAKAN?
Umumnya penelitian kualitatif digunakan dalam empat cara: (1) sebagai alat untuk menggali gagasan; (2) sebagai suatu langkah dalam mengembangkan studi kuantitatif; (3) sebagai alat bantu dalam menilai studi kuantitatif; (4) kadangkala, sebagai metoda pengumpulan data utama untuk masalah pokok penelitian.
1. Sebagai alat untuk menggali gagasan
- Merangsang gagasan dengan member pengalaman pada pengelola program untuk langsung mengamati dan menyimak khalayak sasaran; mengamati interaksi khalayak sasaran dengan produk, membicarakan kebiasaan, atau mendengar bahasa mereka mungkin berbeda dengan apa yang digunakan atau dibayangkan pengelola program.
- Mengembangkan gagasan baru dalam strategi komunikasi, member posisi pada produk, atau mengembangkan kreatif.
- Menjajagi penerimaan khalayak sasaran terhadap gagasan dan pesan dalam bentuk visual maupun verbal; seperti iklan, merek, kemasan, dan poster.
- Menjajagi kategori produk dan perilaku yang secara relative belum diketahui peneliti untuk dipelajari melalui penelitian kuantitatif.
2. Sebagai langkah awal pengembangan penelitian kuantitatif.
- Mengembangkan hipotesa tentang pemikiran dan proses pengambilan keputusan khalayak sasaran mengenai produk, kebiasaan, atau masalah yang sedang diteliti.
- Merinci informasi pokok yang diperlukan peneliti kuantitatif.
- Mengidentifikasi siapa yang perlu diwawancarai siapa yang perlu diwawancarai dalam penelitian kuantitatif, misalnya khalayak sasaran primer dan sekunder serta para pengambil keputusan yang berkaitan.
- Membantu penyusunan pertanyaan dan urutannya; misalnya mengidentifikasi semua ciri produk yang harus dimasukkan dalam kuesioner kuantitatif.
- Mengidentifikasi masalah dan rumusannya; misalnya membuat hipotesa tentang penyebab turunnya penggunaan produk secara mendadak, atau terhentnya suatu kebiasaan.
- Memilih dan menyempurnakan bahan penelitian kuantitatif yang lebih besar; misalnya, penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mengurangi jumlah konsep iklan yang akan dievaluasi atau untuk memperbaiki konsep sebelum dilakukan pengujian kuantitatif.
3. Sebagai cara untuk memahami hasil penelitian kuantitatif.
- Menerangkan, memperluas, dan memperjelas data kuantitatif, misalnya untuk memahami alasan atas temuan yang tidak terduga.
- Memahami penyebab suatu kecenderungan; misalnya memahami mengapa ibu-ibu yang telah mencoba oralit tiidak menggunakannya lagi.
- Menggambarkan factor yang mempengaruhi perubahan sikap; misalnya untuk memperjelas mengapa iklan atau promosi tertentu dapat lebih persuasive daripada yang lain.
- Beberapa masalah mungkin tidak dapat dikuantifikasi, karena itu penelitian kualitatif menjadistrategi utama pengumpulan data. Misalnya, bila sebuah bank ingin memahami bagaimana bagian pension dan kredit dapat dipasarkan ke perusahaan besar, teknik kuantitatif akan tidak tepat untuk sampel yang begitu sedikit dengan permasalahan yang demikian rinci. Pendekatan terbaik untuk itu adalah melakukan serangkaian wawancara perorangan dengan kepala keuangan dari 20 perusahaan yang ada.
1.6.TIGA KUNCI KEBERHASILAN PENELITIAN KUALITATIF
Ada tiga kunci keberhasilan dalam melakukan penelitian kualitatif. Pertama, peneliti harus bisa mengembangkan seni bertanya “mengapa?”. Kedua, peneliti harus bisa mengembangkan seni mendengar. Ketiga, peneliti harus menganggap pendekatan yang dipakai sebagai proses kreatif penelitian.
Seni bertanya “Mengapa?”
Para prnrliti kualitatif telah mengembangkan seni bertanya “mengapa” selama bertahun-tahun. Pada tahun 1934, Paul Lazarsfeld, menulis artikel yang mengatakan bahwa kalau hanya mendengarkan jawaban pertanyaan terbuka dapat mengakibatkan tumpang tindih dan membingungkan, ciri produk dan motivasi indivisu. Ia menekankan beberapa hal:
- Pertanyaan “mengapa?” harus khusus sifatnya agar unsurnya bisa diuraikan
- Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan pengalaman responden
- Menyadari adanya bias atau asumsi peneliti, sehingga hanya menanyakan hal yang ingin diketahuinya saja.
Untuk mendramatisir ketiga hal si atas, Lazarsfeld mengutip cerita detektif G.K. Chesterton:
Apakah anda pernah sadar: bahwa orang tidak pernah menjawab apa yang Anda tanyakan? Mereka menjawab sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Misalnya, seorang wanita berbincang dengan wanita lain di sebuah rumah desa. “Apakah ada yang tinggal bersama Anda?”, wanita itu tidak akan menjawab “Ada, seorang juru masak, tiga pelayan dan pembersih kamar”. Walau sang juru masak ada di ruangan itu atau di belakang kursinya, dia akan menjawab “tak ada seorangpun tinggal bersama kita”, yang berarti idak seorangpun menurut yang Anda maksud. Tapi jika seorang dokter yang sedang memeriksa suatu wabah bertanya, “siapa yang tinggal bersama Anda?” wanita itu pasti akan ingat juru masak, pembersih kamar dan lain-lainnya. Semua bahasa dipakai seperti itu. Anda tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang harfiah, walaupun jawaban yang diberikan benar.
Dalam bertanya “mengapa?” para peneliti kualitatif yang berpengalaman akan bersikap hati-hati: (1) Bertanya dengan sikap netral, (2) tidak mengarahkan responden, (3) hanya mengajukan satu pertanyaan pada suatu waktu, (4) mencatat pertanda kebingungan responden yang tampak maupun yang tersirat. Karena itu dalam menetapkan seni bertanya “mengapa?” sama seperti detektif yang menyelidiki pelaku kejahatan. Pertanyaan terakhir yang diajukan adalah mengapa tersangka membunuh korban. Detektif yang baik, seperti juga peneliti yang baik akan mengajukan pertanyaan secara tidak langsung, teknik projektif, pengamatan, bahasa tubuh, simbolisme dan eksperimentasi.
Seni mendengar
Untuk mengembangkan seni mendengar dibutuhkan waktu dan latihan yang terus menerus. Para peneliti kualitatif harus menyadari bahwa mendengar secara baik tidak mudah dan tanpa disadari sering membuat kesalahan. Mendengar secara kreatif membutuhkan kepekaan intuisi dan refleksi yang tinggi serta akurasi. Beberapa hal yang perlu diingat adalah:
- Mendengar secara aktif sangat berkaitan dengan sikap emphatic, yaitu kemampuan memmahami perasaan dan tindakan orang lain.
- Cara mengatakan sesuatu akan bisa mengungkapkan lebih banyak daripada kata yang diucapkan.
- Mendengar secara baik berarti menangkap makna dan apa yang diucapkan. Jadi, berarti menangkap apa yang tersirat-pertanda kegundahhan dan ketidakpastian, keyakinan dan kepercayaan diri. Keraguan diam, dan raggam kata ayng digunakan juga erat kaitannya.
Penelitian sebagai Proses Kreatif Investigasi
Penelitian kualitatif sangat mirip dengan proses investigasi yang dilakukan detektif. Meskipun teknik khusus dan pertanyaan buku hamper selalu digunakan, kunci untuk memperoleh jawaban yang benar adalah mengembbangkan proses yang cocok untuk masalah yang diteliti. Tidak ada dua kasus criminal yang persis sama, begitu pula dua penelitian kualitatif tidak ada yang persis sama. Kemampuan berpikir kreatif yang tinggi diperlukan untuk setiap situasi baru, agar penelitian kualitatif benar-benar berhasil baik.
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Kualitatif | Kuantitatif |
---|---|
Member pengertian mendalam | Mengukur tingkat keberadaan |
Bertanya “Mengapa?” | Bertanya “Berapa banyak?” |
Mempelajari motivasi | Mempelajari tindakan |
Subjektif | Obyektif |
Memungkinkan penemuan | Member bukti |
Eksporasi | Definitive |
Memungkinkan pemahaman atas perilaku, kecenderungan, dsb | Mengukur tingkat tindakan, kecenderungan, dsb |
Interpretasi | Deskripsi |
PENELITIAN KUALITATIF MEMPERJELAS TEMUAN KUANTITATIF
Sebuah Contoh Penelitian Kualitatif:
Sebuah perusahaan kamera 35mm. melaksanakan kampanye iklan nasional yang dirancang untuk menampilkan kesederhanaan produk perusahaan tersebut. Evaluasi kuantitatif terhadap kampanye itu menunjukkan bahwa kesadaran terhadap produk dan kampanye yang dilaksanakan cukup tinggi, tapi mereka tidak menggunakan kamera 35 mm. masih tetap memiliki persepsi bahwa produk itu terlalu rumit digunakan. Untuk mengetahui lebih jelas mengapa persepsi itu terjadi, perusahaan melakukan beberapa Diskusi Kelompok Terarah pada mereka yang telah terpapar iklan dan mengingatnya, tetapi tidak yakin kamera itu cukup mudah digunakan. Diskusi Kelompok Terarah memungkinkan pihak perusahaan mendengar secara rinci alasan konsumen mempunyai perasaan demikian terhadap produk.
Sekian artikel tentang Pengertian & Metode Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian.
Pengertian & Metode Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian
4/
5
Oleh
Unknown